Teknik cetak pertama kali yang dikenali bermula dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan pusat kerajinan wang logam ketika itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg dengan inspirasi wang logam yang digeselkan dengan arang ke atas kertas.
Menurut Dr Geoffrey Roper, seorang konsultan perpustakaan yang bekerja dengan Institute for the Study of Muslim Civilisations, London, Inggeris, Gutenberg diakui sebagai orang pertama yang menemukan mesin cetak. Namun, menurut Roper, aktiviti mencetak iaitu membuat sejumlah salinan daripada sebuah teks dengan memindahkannya dari satu permukaan ke permukaan lainnya, khususnya kertas yang telah berusia lebih tua dibandingkan penemuan mesin cetak Gutenberg.
Cetakan teks tertua yang diketahui adalah pada tahun 868 Masehi, iaitu Diamond Sutra. Ini merupakan sebuah terjemahan teks Buddha berbahasa Cina yang tersimpan di British Library. Namun hal yang tak banyak terekspos adalah sekitar 100 tahun kemudian, Arab Muslim juga memiliki kemampuan mencetak teks. Termasuk, lembaran Al-Quran. Lalu, umat Islam mengembangkan kemampuan itu di seluruh wilayah Islam. Hal ini memicu tumbuh berkembangnya produksi manuskrip-manuskrip teks. Pada masa awal perkembangan kekuasaan Islam, manuskrip tak dibuat secara massal dan tak pula didistribusikan untuk masyarakat. Kala itu, manuskrip yang ada berisikan penjelasan tentang solat, doa-doa, intisari Al-Quran dan asmaul husna yang sangat dikenal oleh Muslim.
Kemudian, baru pada kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, teknik cetak manuskrip di atas kertas berkembang. Mereka mencetak manuskrip secara manual. Kemudian, manuskrip-manuskrip hasil cetakan itu dibahagikan untuk memenuhi keperluan masyarakat. Sejumlah cetakan manuskrip itu ditemukan para arkeologi ketika melakukan penggalian di Fustat atau Kairo lama. Menurut Roper yang dikutip laman Muslim Heritage, cetakan manuskrip tersebut diyakini berasal dari abad ke-10. Cetakan manuskrip sejenis ditemukan juga di sejumlah tempat lainnya di Mesir. Rope mengungkapkan iklim kering di Mesir telah membantu menyelamatkan manuskrip itu sehingga tidak menyebabkannya menjadi rosak.
Pada periode kekuasaan Dinasti Mamluk, yang berlangsung pada abad ke-13 hingga abad ke-16, ditemukan sejumlah cetakan tulisan Arab dengan beragam gaya, di antaranya adalah Kufi. Perkembangan kegiatan percetakan di dunia Islam berlangsung hingga 500 tahun. Sejumlah hasil cetak manuskrip yang dihasilkan di dunia Islam masih bertahan. Paling tidak ada 60 sampel manuskrip yang tersisa dan tersebar di Eropah, muzium dan perpustakaan di Amerika Serikat (AS) serta ada di Mesir dalam jumlah yang tak diketahui secara pasti. Ada pula cetakan manuskrip yang berasal dari Afghanistan atau Iran.
Menurut Dr Geoffrey Roper, seorang konsultan perpustakaan yang bekerja dengan Institute for the Study of Muslim Civilisations, London, Inggeris, Gutenberg diakui sebagai orang pertama yang menemukan mesin cetak. Namun, menurut Roper, aktiviti mencetak iaitu membuat sejumlah salinan daripada sebuah teks dengan memindahkannya dari satu permukaan ke permukaan lainnya, khususnya kertas yang telah berusia lebih tua dibandingkan penemuan mesin cetak Gutenberg.
Cetakan teks tertua yang diketahui adalah pada tahun 868 Masehi, iaitu Diamond Sutra. Ini merupakan sebuah terjemahan teks Buddha berbahasa Cina yang tersimpan di British Library. Namun hal yang tak banyak terekspos adalah sekitar 100 tahun kemudian, Arab Muslim juga memiliki kemampuan mencetak teks. Termasuk, lembaran Al-Quran. Lalu, umat Islam mengembangkan kemampuan itu di seluruh wilayah Islam. Hal ini memicu tumbuh berkembangnya produksi manuskrip-manuskrip teks. Pada masa awal perkembangan kekuasaan Islam, manuskrip tak dibuat secara massal dan tak pula didistribusikan untuk masyarakat. Kala itu, manuskrip yang ada berisikan penjelasan tentang solat, doa-doa, intisari Al-Quran dan asmaul husna yang sangat dikenal oleh Muslim.
Kemudian, baru pada kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, teknik cetak manuskrip di atas kertas berkembang. Mereka mencetak manuskrip secara manual. Kemudian, manuskrip-manuskrip hasil cetakan itu dibahagikan untuk memenuhi keperluan masyarakat. Sejumlah cetakan manuskrip itu ditemukan para arkeologi ketika melakukan penggalian di Fustat atau Kairo lama. Menurut Roper yang dikutip laman Muslim Heritage, cetakan manuskrip tersebut diyakini berasal dari abad ke-10. Cetakan manuskrip sejenis ditemukan juga di sejumlah tempat lainnya di Mesir. Rope mengungkapkan iklim kering di Mesir telah membantu menyelamatkan manuskrip itu sehingga tidak menyebabkannya menjadi rosak.
Pada periode kekuasaan Dinasti Mamluk, yang berlangsung pada abad ke-13 hingga abad ke-16, ditemukan sejumlah cetakan tulisan Arab dengan beragam gaya, di antaranya adalah Kufi. Perkembangan kegiatan percetakan di dunia Islam berlangsung hingga 500 tahun. Sejumlah hasil cetak manuskrip yang dihasilkan di dunia Islam masih bertahan. Paling tidak ada 60 sampel manuskrip yang tersisa dan tersebar di Eropah, muzium dan perpustakaan di Amerika Serikat (AS) serta ada di Mesir dalam jumlah yang tak diketahui secara pasti. Ada pula cetakan manuskrip yang berasal dari Afghanistan atau Iran.